Senin, 12 Maret 2012

ANIMAL PSYCHOLOGY

“PSIKOLOGI HEWAN”



Artikel ini akan membahas tentang psikologi pada hewan. Sebelum kita menelusuri seperti apa dan bagaimana psikologi hewan lebih lanjut, akan lebih baik bila kita memahami dulu pengertian dari Psikologi. Psikologi berasal dari bahasa Yunani “Psyche” yang artinya jiwa dan “Logos” yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi psikologi artinya: ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya. Dengan singkat disebut ilmu jiwa.
DI dalam artikel ini akan membahas tentang Burung Merpati yang merupakan burung berdarah panas, ia berkerabat dekat dengan reptil. Bersama kerabatnya terdekat, suku Crocodylidae alias keluarga buaya, burung membentuk kelompok hewan yang disebut Archosauria. Diperkirakan burung berkembang dari sejenis reptil di masa lalu, yang memendek cakar depannya dan tumbuh bulu-bulu yang khusus di badannya. Pada awalnya, sayap primitif yang merupakan perkembangan dari cakar depan itu belum dapat digunakan untuk sungguh-sungguh terbang, dan hanya membantunya untuk bisa melayang dari suatu ketinggian ke tempat yang lebih rendah.

Burung masa kini telah berkembang sedemikian rupa sehingga terspesialisasi untuk terbang jauh, dengan perkecualian pada beberapa jenis yang primitif. Bulu-bulunya, terutama di sayap, telah tumbuh semakin lebar, ringan, kuat dan bersusun rapat. Bulu-bulu ini juga bersusun demikian rupa sehingga mampu menolak air, dan memelihara tubuh burung tetap hangat di tengah udara dingin. Tulang belulangnya menjadi semakin ringan karena adanya rongga-rongga udara di dalamnya, namun tetap kuat menopang tubuh. Tulang dadanya tumbuh membesar dan memipih, sebagai tempat perlekatan otot-otot terbang yang kuat. Gigi-giginya menghilang, digantikan oleh paruh ringan dari zat tanduk.
Kesemuanya itu menjadikan burung menjadi lebih mudah dan lebih pandai terbang, dan mampu mengunjungi berbagai macam habitat di muka bumi. Ratusan jenis burung dapat ditemukan di hutan-hutan tropis, mereka menghuni hutan-hutan ini dari tepi pantai hingga ke puncak-puncak pegunungan.
Burung juga ditemukan di rawa-rawa, padang rumput, pesisir pantai, tengah lautan, gua-gua batu, perkotaan, dan wilayah kutub. Masing-masing jenis beradaptasi dengan lingkungan hidup dan makanan utamanya.
Maka dikenal berbagai jenis burung yang berbeda-beda warna dan bentuknya. Ada yang warnanya cerah cemerlang atau hitam legam, yang hijau daun, coklat gelap atau burik untuk menyamar, dan lain-lain. Ada yang memiliki paruh kuat untuk menyobek daging, mengerkah biji buah yang keras, runcing untuk menombak ikan, pipih untuk menyaring lumpur, lebar untuk menangkap serangga terbang, atau kecil panjang untuk mengisap nektar. Ada yang memiliki cakar tajam untuk mencengkeram mangsa, cakar pemanjat pohon, cakar penggali tanah dan serasah, cakar berselaput untuk berenang, cakar kuat untuk berlari dan merobek perut musuhnya.
Merpati dulunya mungkin tidak dikenal sebagai jenis burung pintar, sampai ilmuwan menemukan bahwa kemampuan mereka memahami angka-angka setara dengan primata. Penelitian sebelumnya menunjukkan berbagai hewan, mulai madu lebah sampai simpanse, bisa belajar menghitung jika dilatih dengan imbalan makanan.
Pada tahun 1998, misalnya, para peneliti menemukan bahwa monyet rhesus tidak hanya bisa belajar menghitung sampai angka empat, tapi juga paham aturan-aturan numerik dan menerapkannya pada angka-angka yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Kemampuan itu memungkinkan monyet rhesus menghitung sampai angka sembilan tanpa latihan tambahan.
Berbekal temuan itu, sejumlah psikolog dari University of Otago, Selandia Baru, berusaha mencari tahu apakah merpati, jenis hewan lain yang juga dilatih menghitung akan memiliki kemampuan numerik mirip monyet rhesus.

Menurut Scarf, merpati dapat dilatih dalam hampir semua tugas yang juga diberikan kepada monyet rhesus untuk mengetahui hasilnya. Scarf dan rekan-rekannya melatih tiga ekor merpati untuk menghitung sampai angka tiga. Pada layar sentuh, ketiga merpati disuguhi satu set gambar benda berbagai ukuran, bentuk, dan warna. Misalnya, satu set gambar menyajikan sebuah kotak warna kuning, dua silinder merah, atau tiga persegi panjang kuning.
Untuk mengetahui responsnya, merpati-merpati itu harus memilih gambar dalam urutan nomor yang benar, dari terendah hingga tertinggi.
Sekali burung-burung itu belajar menghitung sampai tiga, para peneliti mulai menunjukkan gambar lain sampai sebanyak sembilan obyek. Rata-rata, tanpa dilatih membedakan angka tertinggi atau terendah, serta tanpa memberikan imbalan makanan, merpati mampu menempatkan gambar secara benar tak lebih dari 70 persen dari waktu yang disediakan. Merpati ternyata lebih mudah membedakan angka rendah dan angka yang lebih tinggi.

"Setelah anda mengarah ke angka tujuh, delapan, dan sembilan, mulai sulit bagi merpati untuk memberitahu perbedaan antar gambar," kata Scarf.
Namun, secara keseluruhan hasil penelitian mereka mulai menyamai penelitian pada monyet rhesus, meski Scarf mencatat butuh waktu lebih lama untuk melatih merpati daripada monyet.
Kecerdasan bangsa burung semakin terkuak lewat penelitian. Burung beo abu-abu Afrika memiliki kemampuan verbal yang hebat, burung scrub jay memiliki memori yang luar biasa, sementara gagak Kaledonia Baru punya kemampuan menggunakan peralatan. Kini, ilmuwan berhasil membuktikan bahwa merpati juga pintar matematika.

Berdasarkan studi yang dilakukan Dr Damian Scarf dan timnya dari Universitas Otago, burung punya kemampuan berhitung, mengurutkan angka abstrak dari yang terkecil ke yang paling besar, dari 1 sampai 9. Hasil ini mencengangkan sebab kemampuan serupa semula diperkirakan hanya ada pada bangsa primata.

Untuk mendapatkan hasil tersebut, awalnya ilmuwan melatih merpati dengan 35 set gambar himpunan. Masing-masing dengan satu, dua, dan tiga obyek yang warna dan bentuknya berbeda. Selanjutnya, merpati dihadapkan dengan himpunan obyek yang lebih besar tanpa dilatih untuk meneliti apakah mereka masih tetap mampu mengurutkannya.

Hasil penelitian menunjukkan, merpati bisa memahami bahwa dua lebih besar daripada satu, dan tiga lebih besar daripada dua. Meski tanpa latihan, merpati juga terbukti memahami bahwa enam lebih besar daripada lima dan seterusnya. Kemampuan merpati ini menyamai kemampuan monyet rhesus yang pernah diteliti dengan metode yang sama tahun 1990-an.

“Penemuan kami menambah bukti bahwa merpati merupakan salah satu spesies burung yang memiliki kemampuan mental hebat,” kata Scarf, seperti dikutip Physorg, Kamis (22/12/2011).

Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Science, Kamis (22/12/2011), juga memberi bukti bahwa bangsa burung tak kalah cerdas dengan primata.

Scarf, seperti diuraikan New York Times, mengatakan, kemampuan burung dan primata dalam menghitung didapatkan melalui evolusi. Nenek moyang burung dan primata yang hidup 300 juta tahun lalu memang memiliki kemampuan berhitung yang kemudian diturunkan. Scarf bertaruh, kemampuan ini pasti menguntungkan bagi dua bangsa hewan itu.

Penelitian Scarf dipublikasikan di jurnal Science yang terbit Jumat (23/11/2011). Hingga saat ini belum diketahui apakah merpati mampu menyusun himpunan obyek yang jumlahnya lebih besar, lebih dari 9. Namun, penelitian masih akan terus dilanjutkan, termasuk mengamati aktivitas otak merpati ketika sedang berhitung.
Psikolog dari University of Western Ontario, William Roberts, yang tidak terlibat dalam penelitian, mengaku terkejut dengan hasil penelitian tersebut. "Saya tidak mengira bahwa merpati bisa melakukan itu," katanya. Roberts sebelumnya meneliti kemampuan kognitif hewan, termasuk tingkat kecerdasan merpati.
"Merpati adalah subyek sempurna untuk tugas visual, karena penglihatan mereka benar-benar baik dan mereka benar-benar mudah dilatih," kata psikolog Scarf Damian, penulis pertama dari penelitian tersebut. Menemukan tingkat kecerdasan numerik merpati dan monyet rhesus pada spesies lain akan membantu para ilmuwan memahami apakah kemampuan menghitung berkembang di seluruh spesies hewan secara terpisah, atau diturunkan dari satu nenek moyang.

Besar atau kecilnya bentuk hidung biasanya menentukan insting burung merpati untuk pulang kandang.

Hidung besar seperti burung merpati pos, insting untuk pulang kandang sangat kuat. Sampai ratusan kilo meter masih bisa pulang kandang. Jadi jangan berkecil hati burung merpati anda punya hidung besar. Terus apa sih kelemahannya burung merpati yang berhidung besar? Jawabannya adalah kalau terbang nya tinggi tapi tak bisa menukik. Burung merpati jenis ini di Bandung di sebut "rambon". Tetapi ada juga sih satu dua yang bisa melawan kodrat dengan bisa menukik 90 drajat dari ketinggian tertentu.

Hidung kecil atau pada umumnya merpati tinggian, insting pulang nya jauh lebih rendah dari pada merpati pos. Ini bisa dibuktikan banyaknya merpati tinggian atau dasar yang hilang saat diterbangkan. Walaupun dengan jenis warna bulu blorok, hitam atau megan sekalipun. Mata yang baik merah asem, atau kuning dengan lingkaran luar merah sekalipun. Tetap saja resiko hilang tetap ada.

Siapa sangka burung merpati yang begitu indah ternyata juga memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi setara dengan primata serta paruh yang mempunyai insting untuk kembali pulang.